26 December 2012

CATATAN HARIAN SEORANG RELAWAN (Bag.01)


Ya,aku ingat sekali saat itu Minggu pagi 26 Desember 2004 bersama teman sedang berkumpul di Roemah Poestaka. Sebuah Taman Bacaan Anak yang dikelola oleh teman kakak beradik Maskur & Qodhiel di bilangan Cengkareng. Minggu itu adalah jadwal latihan Tari Saman. Yang mengajar adalah Azwar, seorang lulusan psikologi dari Malang yang asli Aceh.

Malamnya (malam Senin) kami berempat menginap di Roemah Poestaka. Setelah habis Maghrib Azwar di telpon oleh saudaranya, bahwa terjadi gempa besar di tanah kelahirannya. Kami mengira itu hanya bencana gempa biasa yang sering terjadi di Aceh. Ternyata saat Senin pagi aku baru mendengar berita di MetroTV bahwa bencana ini sungguh luar biasa. Bahkan Senin pagi itu belum ada liputan video yang dapat menggambarkan kondisi terkini di Banda Aceh.

Ya. Gempa dengan kekuatan 8.9 skala Richter, sebagai salah satu gempa terbesar didunia dalam 100 tahun terakhir. Terjadi disini, di Nanggroe Aceh Darussalam.

Inilah kisah perjalanan hidupku yang penuh dengan petualangan, pengalaman dan nilai-nilai pembelajaran di mulai.

***

Beberapa hari kemudian aku ditawari menjadi relawan dari Yayasan Al-Shofa Jakarta untuk di berangkatkan ke Aceh. Tapi hingga 3 minggu pasca tsunami kabar pemberangkatan itu belum juga datang. Sementara saat itu saya masih bekerja di desain grafis (setting komputer) di Pejaten. Dan juga mengelola TPA Al-Tashfiyah, sebuah TPA yang kami dirikan bersama teman untuk mengajarkan Al-Qur'an di bilangan Cengkareng Timur, yang memang terkenal basis kristenisasinya.

Akhirnya aku mendapat tawaran dari teman yang bekerja disebuah yayasan Islam di Bogor untuk menjadi relawan di Aceh juga. Setelah kabar dari Al-Sofwah belum juga datang, kuputuskan untuk menerima tawaran dari temanku ini. Dan akupun bersama teman bernama Irfan pergi ke Bogor untuk berkumpul dengan calon relawan lainnya yang akan diberangkatkan oleh Yayasan Al-Marhamah.

Bogor,22-25 Januari 2005

View depan pesantren (sumber: beegeer.blogspot.com)
Selama 3 malam aku menginap di sebuah pondok pesantren yang asri. Dikelilingi hijaunya sawah, gemericik air kali dan birunya Gunung Salak. Ya, sebuah penantian yang penuh cerita. Dan akhirnya selasa pagi pukul 10 kami berempat (Irfan,Soleh,Rahmatulloh dan saya) berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta untuk terbang ke Medan.

Masih kuat diingatan saya saat Ustadz Sarbini melepas kami didepan kantor pesantren dan saat breafing malam hari dari Ustadz Dudung yang memberikan kami motivasi untuk berbuat yang terbaik untuk menolong saudara kami yang terkena bencana Gempa & Tsunami Aceh.

Pukul 10 pagi pesawat Jatayu menerbangkan kami menuju Polonia Medan. Inilah pengalaman pertamaku naik pesawat. Dan inilah perjalanan terjauhku setelah Pendakian Gunung Semeru di Malang- Jawa Timur. Ya, sebuah perjalanan menuju ujung barat negaraku. Sebuah negeri yang sering dilanda konflik dan kini negeri tersebut di terpa musibah terbesar sepanjang sejarah ummat manusia. Negeri itu, Aceh namanya.

bersambung ke bagian 2


Penulis bersama santri dari Pulo Aceh, berpose didepan Masjid  Baiturrahim Ulee Lheue


2 comments: